PERTEMUAN KE 10 Anak Muda Berani Bikin Perubahan di Dunia Digital”

 

 

PERTEMUAN KE 10 Anak Muda Berani Bikin Perubahan di Dunia Digital”

 

 

 

GURU MOTIVATOR LITERASI DIGITAL

HARI,TANGGA : Senin, 22  NOVEMBER 2021

TEMA : Anak Muda Berani Bikin Perubahan di Dunia Digital”.

NARASUMBER : Ibu Rosminiyati

MODERATOR : Muladi

 

Assalamualaikum, wr.wb, “Ujar Pak Muladi yang membuka acara pada  sore ini, waalaikumussalam, wr. wb jawab  para peserta pelatihan menulis dengan senang hati. beliau pun melajutkan pembicaraanya, bahwa Narasumber yang cantik memiliki motivasi  yang cukup tinggi,  dalam belajar menulis,  dia adalah ibu rosminiyati, belajar belajar menulid dari grup angkatan 19_20 yang memiliki 262 halaman, merupakan kumpulan tugas dari grup menulis 19-20 dan ditulis oleh 30 orang penulis , antologi praktek menulis peserta pelatihan menulis bersama Om Jay dan PGRI.

Buku ini terdiri dari 228 halaman, merupakan kumpulan tugas dan tulisan di “dunia digital” dengan menggunakan  platform “blogger.”Lahirnya buku ini merupakan suatu keajaiban bagi saya, karena apa yang saya dapatkan dari kelas Belajar Menulis PGRI yang diprakarsai oleh Om Jay jauh dari prediksi dan harapan saya.”Ujar ibu Rosminiyati dengan penuh semangat.

Selanjutnya menurut ibu Rosminiyati, Saya hanya mau belajar menulis, ternyata saya diperkenalkan dan “diharuskan” untuk mempunyai blog, mau tidak mau saya harus belajar lebih keras  lagi. Dan jika kita sudah mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang dibuktikan dengan pengisian daftar hadir, dan mungkin juga mengerjakan tugas-tugas yang tidak terlalu sulit, maka sertifikat senilai puluhan jam bisa kita terima.

“Tidak demikian halnya dengan pelatihan yang dilaksanakan oleh PGRI. Kita dituntut untuk benar-benar kerja keras. Menulis minimal 20 resume dari 30 materi yang disajikan oleh narasumber 30 kali pertemuan, plus terbitnya buku solo, baru sertifikat itu bisa berpindah ke tangan kita.” Kata ibu Rosminiyati, dengan bangganya.

Saya bersyukur, karena niat saya belajar bukan untuk mendapatkan sertifikat (kalaupun ada, itu hanya “bonus”), melainkan untuk bisa menulis. Oleh karena itu, 30 resume saya tuntaskan dengan performa terbaik saya.  Pengertian “bisa menulis” dalam pelatihan Belajar Menulis PGRI ternyata adalah “menghasilkan buku solo”. Oleh karena itu, target itu pun harus saya capai.

Banyak sekali hikmah besar yang saya dapatkan dari sini. Metamorfosa besar-besaran terjadi pada diri saya, yang diikuti oleh serentetan keindahan yang dipersembahkan oleh Pemilik ilmu dan kehidupan melalui tangan para guru hebat di bawah naungan PGRI.

Dengan bergabung di kelas Belajar Menulis, saya menjadi semakin mengerti arti “kerja keras”, perjuangan, ketangguhan, kolaborasi, keikhlasaan, saling menghargai, kebermanfaatan hidup,* dan lain-lain.

Paparan saya di atas menjadi dasar pembahasan materi dengan tema “Anak Muda Berani Bikin Perubahan di Dunia Digital”.

Dari tema tersebut, saya ingin mengulik 2 kata kunci yang menjadi pedoman pembahasan kita. Sementara, untuk kata-kata lainnya sudah dibahas oleh narasumber-narasumber sebelumnya.

 “Berani”, berdasarkan KBBI V online diartikan “mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan, dan sebagainya. tidak takut (gentar, kecut).

“Perubahan” adalah hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. (KBBI V online). Tentu saja, dalam hal ini adalah perubahan dari keadaan semula menjadi lebih baik dari pada sebelumnya.

“Mengapa perlu melakukan perubahan di dunia digital?”

1)     “Kebutuhan.” Perubahan dan perkembangan teknologi tak luput pula terjadi pada bidang pendidikan. Mau/tidak mau, suka/tidak suka, sebagai guru kita juga harus mengikuti perubahan tersebut. Untuk data GTK dan peserta didik, semuanya kini sudah menggunakan digitalisasi/_online_. Guru-guru dituntut untuk bisa mengisi datanya secara mandiri terkait data personal maupun riwayat pendidikan/pekerjaan, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu, derasnya laju informasi di bidang ilmu pengetahuan yang disebabkan oleh kemajuan teknologi menuntut guru untuk melakukan perubahan. Jika tidak, ada kemungkinan kita akan ditinggalkan oleh murid-murid kita.

2)     “Menyalurkan hobi.” (sudah dijelasakn narasumber sebelumnya)

3)     “Tambahan penghasilan.” (sudah dijelaskan narasumber sebelumnya)

4)     “Berbagi” (sudah dijelaskan narasumber sebelumnya)

Hal-Hal yang mempengaruhi Perubahan di Dunia Digital 

Tekad/semangat. Jika sudah ada keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan di dunia digital, maka kita akan berusaha belajar kapanpun, di mana pun, dan dengan siapa pun.

Lingkungan. Pengaruh lingkungan besar sekali terhadap perubahan kita di dunia digital. Apabila kita berada di lingkungan orang-orang yang sangat aktif bergelut dalam dunia digital, secara sadar atau tidak, kita pun akan ikut arus tersebut. Sebaliknya, jika lingkungan kita termasuk golongan terbelakang, otomatis kita juga akan jalan di tempat.

Sarana/Prasarana. Dunia digital terakit erat dengan sarana/prasarana (gawai, laptop, PC, kuota data internet, jaringan, listrik, dll.). Jika fasiltas tidak dimiliki/tidak mendukung, tentu saja kita tidak bisa melakukan perubahan di dunia digital.

Kesempatan. Terkadang kita temukan keadaan seseorang ingin melakukan perubahan di dunia digital, namun karena tidak ada kesempatan, maka perubahan itu pun menjadi tertunda.

Dukungan. Ada kalanya, untuk melakukan perubahan, kita memerlukan dukungan orang-orang di sekitar kita dalam bentuk dukungan fisik, mental, dan finansial. Hal ini penting, karena melakukan perubahan di bidang digital bulkanlah hal sederhana bagi orang-orang tertentu.

Kita semua di sini adalah “motivator”, yang artinya orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu, pendorong, penggerak.

Dalam hal ini, kita berperan sebagai motivator bagi “anak muda” (murid-murid, anak-anak kita) untuk “berani melakukan perubahan” di “dunia digital”.

Untuk bisa menggerakkan orang lain agar berubah, tentunya kita sudah harus menggerakkan diri kita sendiri untuk berubah. “Mengapa?” Karena kita adalah guru dan orang tua yang menjadi model bagi murid-murid dan anak-anak kita.

Seperti yang sama-sama kita ketahui, anak-anak tidak akan bergerak jika kita hanya menyuruh atau mengajak tanpa adanya bukti yang bisa mereka lihat atau tiru. Permasalahannya, “Apakah kita sendiri sudah berubah?” atau tepatnya, “Apakah kita sendiri sudah berani melakukan perubahan?”

 Terkait “PERUBAHAN”, masing-masing kita tentu saja berbeda. Perubahan untuk masing-masing kita disesuaikan dengan kondisi awal yang kita punya.

“Bentuk/Jenis Perubahan di Dunia Digital:”

1. Tidak bisa -> bisa;

2. Tidak berani -> berani;

3. Sudah bisa -> banyak/terampil;

4. Banyak -> berkualitas;

5. Sendiri -> kolaborasi;

6. Sederhana/biasa -> istimewa/unik/menarik;

7. Tidak berguna -> bermanfaat;

8. Untuk sendiri -berbagi/inspiratif/memotivasi;

Untuk melakukan perubahan di dunia digital;

Enggak perlu merasa minder atau takut hanya gara-gara melihat karya-karya luar biasa dari orang-orang hebat yang sudah ada di ruang maya.

Mereka juga bermula dari bukan siapa-siapa. Namun, karena mereka sudah memulainya, dan tentunya lebih dulu dari kita, serius melakukannya, dan dengan seperangkat kelebihan yang dimiliki, akhirnya menjadi seperti apa yang kita lihat saat ini.

Hal ini tidak menutup kemungkinan terjadi pula pada diri kita jika kita melakukan hal yang sama

Selanjutnya, kita jalani prosesnya dengan sabar, karena tidak ada yang instan. Berpijak pula pada latar belakang pengetahuan dan pengalaman, serta “perangkat lunak” yang ada pada diri kita masing-masing, jangan mengukur capaian kita dengan keberhasilan orang lain. Cukuplah kesuksesan orang lain menjadi motivasi, sebagai pemantik semangat di saat kita lemah.

Masing-masing kita tahu pondasi kita. Oleh karena itu, berjuanglah sesuai kemampuan. Jika kemarin kita baru bisa mengetik di “Word” dan kemudian hari ini sudah bisa ber-“blog”,”ria, artinya kita sudah melakukan perubahan atau naik kelas. Begitulah seterusnya.

1. Mengubah mindset (pola pikir), antara lain:

*     Usia tua -> Merasa muda

*     Guru jadul -> Guru gaul

*     Tidak sempat ->Menyempatkan diri

*     Tidak mampu -> Saya bisa

Usia tua sering dijadikan alasan bagi guru-guru untuk tidak berubah dan tidak mau beradaptasi dengan keadaan, dengan dalih sebentar lagi akan pensiun, dan lain-lain. Padahal, umur yang tua dengan perangkat perkembanagn dan kemajuan yang dimilikinya, justru akan menjadi “daya tarik tersendiri” bagi murid-murid kita untuk berubah juga. “Guru jadul aja bisa gaul, masa kamu gak?” mmhh

 2.”Tidak sempat”, juga sering diajadikan alasan. Waktu kita sama, 24 jam. Tidak ada seorang pun yang dilebihkan barang sedetik pun. Di sini, hanya butuh manajemen waktu.

3. “Meluruskan niat.” Niatkan perubahan yang kita lakukan untuk kebaikan umat, khususnya anak-anak didik kita. Tidak tertutup kemungkinan, pada saat kita melakukan perubahan, banyak kendala yang menghadang. Jika niat kita baik, hanya mengharapkan rida Allah, maka akan ada banyak jalan yang memudahkan urusan kita.

4. “Berani keluar dari zona nyaman.” Hal ini tidak gampang dilakukan. Banyak kesenangan yang harus ditukar dengan kesulitan-kesulitan yang kita hadapi dalam gerakan perubahan diri.

Cara yang paling ampuh adalah dengan “memaksakan diri.” Perbuatan baik dimulai dari “keterpakasaan,” kemudian berubah menjadi “kebiasaan,” selanjutnya menjadi “kebutuhan.” Apabila sudah sampai pada kebutuhan, jika kita tidak melakukannya, kita akan merasa haus dan lapar.

 

5.”Bergabung dalam komunitas.” Hal ini penting. Berada dalam ruang lingkup yang sempit, membuat kita sulit berkembang. Berada dalam komunitas, menjadikan kita semakin terbuka terhadap perubahan. Banyak sekali hal baru yang menginspirasi, memotivasi, dan menguatkan kita untuk mengubah diri. Bahkan, kesempatan berkembang luar biasa terbuka lebar.

Salah satu komunitas yang menawarkan menu lengkap dan istimewa tanpa biaya adalah “Belajar Menulis PGRI” yang diprakarsai Om Jay.  Di komunitas ini, kita bisa bermetamorfosa begitu cepat. Kita bisa belajar banyak hal. Jika tidak percaya, silakan buktikan sendiri.

6. “Bangun kolaborasi”. Sebagai manusia yang sarat dengan keterbatasan, kolaborasi penting dilakukan. Dengan kolaborasi, kekuatan menjadi berlipat ganda, dan kekurangan bisa ditutupi. Akhirnya, terciptalah karya yang luar biasa.

https://www.youtube.com/watch?v=6am-ohG0cbs

Semua ini merupakan hasil Pelatihan Belajar Menulis di PGRI, yang saya persembahkan bagi teman-teman seperjuangan di kelas Belajar Menulis dan guru-guru literasi saya (materinya diambil dari para narasumber), yang saya persembahkan saat acara penutupan pelatihan.

7. “MULAI.” Gerakan apa pun tidak akan berjalan tanpa memulainya. Karena itu, mulailah saat ini, dan jangan pernah menundanya lagi.

Selanjutnya, untuk jenis _platform_ digital, cukuplah kita  

8. “Fokus pada yang kita sukai dan pahami.” Seiring berjalannya waktu, kita bisa terus mengembangkan diri dengan belajar yang lainnya.

Terkait tema “Anak Muda Berani Bikin Perubahan di Dunia Digital” bagi anak-anak kita, kita tidak perlu mengajari mereka cara menggunakan platform digital. Mereka jauh lebih pintar dan terampil dari pada kita. Sebaliknya, kitalah yang perlu belajar dari mereka.

 

Target kita adalah meluruskan penggunaan media digital pada mereka. Bermain game  yang hampir menyita sebagian besar waktu mereka dengan gawai, kita alihkan kepada kegiatan lain yang jauh lebih bermanfaat.

Sekarang pertanyaanya adalah: “Bagaimana caranya?”

1.     “Kolaborasi.” Kita berada pada komunitas sekolah yang luas. Anak-anak didik kita jumlahnya banyak. Kita tidak mungkin bisa melakukannya sendiri. Oleh karena itu, perlu dibangun kolaborasi di antara sesama guru.

2.     “Melakukan sosialisai tentang literasi digital.” Kita bisa menggunakan materi yang sudah kita peroleh dari pelatihan GMLD ini. Untuk waktunya:

        Pertemuan langsung/tatap muka di dalam ruangan kelas;

        Pada saat upacara atau waktu khusus.

3.     “Memfasilitasi murid-murid kita melakukan hal-hal positif dalam dunia digital.”

        Membuat komunitas di sekolah, misalnya: komunitas bloger sekolah, komunitas YouTuber sekolah, dll.

4.     “Memotivasi:”

        Mengadakan perlombaan;

        Memberikan hadiah, dll.

Selanjutnya  masuk sesi tanya jawab

Pertanyaan ke 1:

Bagimana cara Ibu mencari bentuk dukungan fisik, mental, dan finansial di sekitar, sedangkan saya mempunyai sifat pemalu, seperti sekarang umur saya tak jauh beda dengan ibu, malah nanti ada yg mengejek?

Jawaba Narsum:

Awalnya saya juga pemalu, bahkan tidak percaya diri. Kembali, karena saya sadar bahwa saya harus keluar dari “zona nyaman”, saya memaksakan diri untuk membuang rasa malu dan tidak Percaya diri (PD)  itu. Jika ada yang mengejek, kembali ke niat awal untuk kebaikan, dan sertakan Allah. Insya Allah, semua akan mulus. Malah sebaliknya, orang akan mengikuti jejak kita.

Pertanyaan ke 2:

Bagaimana meyakinkan diri kita bahwa "ini adalah kesempatan, jadi momen ini saya harus meraihnya" seperti ibu sudah bisa meyakinkan diri sehingga sudah bisa menulis buku dan menjadi juara 2 lomba tingkat Nasional.

Jawab Narsum:

Itulah istimewanya guru-guru hebat di kelas belajar menulis PGRI. Saya juga menganggap ini semua keajaiban. Pokoknya beranikan diri dulu bergabung, keajaiban itu datang dengan sendirinya. Belajar tak mengenal usia. Berbagi adalah jalan menuju keabadian ilmu dan kebaikan. Di langit masih ada langit, karena itu tetaplah merunduk di saat kita telah berisi.

Mulailah gerakan perubahan dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan dari hati, tanpa menunggu instruksi, serta “Libatkan Allah dalam setiap urusan”.

Ibu Rosminiyati melanjutkan penjelasannya, “Kawan-kawan GMLD yang saya sayangi, saat ini saya mempunyai stok 2 buah buku solo perdana hasil pelatihan Belajar Menulis PGRI yang akan saya hadiahkan buat kawan-kawan dengan kriteria:

1. Baru mengenal blog saat bergabung di GMLD ini

2. Belum bergabung di kelas Belajar Menulis

3. Belum mempunyai buku karya sendiri

4. Akses internet agak sulit.” Ujar beliau sambil memberikan semangat bagi teman yang ingin maju dan sukses walau banyak keterbatasannya.

Sajian Materi yang sangat apik, menarik, dan inspiratif, benar-benar gaya seorang motivator ulung ya bapak ibu, “Kata Moderator. Semoga apa yang disampaikan oleh narasumber kita hari ini ibu Rosminiyati benar-benar memberikan semangat dan menggeser sedikit demi sedikit ketakutan ketakutan kita menuju pada sikap positif dan keluar dari zona nyaman yang "memenjarakan" kesempatan kita untuk meraih keberhasilan-keberhasilan, meskipun kecil mungkin nilainya, tetapi yang pasti kita telah bergerak maju. Bukankah orang-orang yang beruntung itu adalah orang yang hidup nya lebih baik dari hari kemarin?, Ujar Pak muladi dengan memberikan motivasi kepada penulis pemula.

Mulailah sekarang juga, jangan tunggu saat kita ada waktu, waktu tidak  menunggu kita tetapi kitalah yang Harus menyiasati waktu. Segera ambil kesempatan untuk menghasilkan karya di dunia digital, Katanya dengan semangat.

Akhirnya pak Muladi menutup acara ini dengan mengucapkan. Terimakasih Bu Rosminiyati, terimakasih atas nasehat dan motivasinya, semoga apa yang ibu telah sampaikan ditakdirkan oleh Allah menjadi asbab kebaikan bagi semua peserta Guru Motivasi Literasi Digital

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERTEMUAN KE 12 MENGEKSPRESIKAN DIRI YANG BAIK DI MEDIA SOSIAL

Pertemuan ke 2: Yuk kelola Jejak Digital Yang Baik

Pertemuan ke 6: Menjadi Pejuang Kebenaran Di Tengah Gempuran Hoaks